Selasa, 20 Mei 2014


   " Renungan pagi " = 416 =

   Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu. 

   
     Se orang janda menangis,, mengadu karena dia ingin       doakan suaminya dilarang oleh ustat., denga dalil telah    terputusnya hubungan si mayyit kecuali tiga hal

    Saya jawab,, doakan sajalah bu,, biarlah mereka
   keyakinan mereka,, dan kita dengan keyakinan kita..

    Apakah hadist itu harus di terjemahkan secara kaku,,?
   Tidakkah bisa hadist itu bermakna tiga point itu adalah    amalan yang tiada hijabnya,,? sedang yang lainnya          amalan yang masuk pertimbangan Allah dulu.,,?

    Sebab saya pernah membaca satu riwayat hadist tentang     nabi mendoakan seorang munafik yang telah meninggal.
    dan sahabat bertanya,, bukankah sudah ada ayatnya ya     Rasululllah,,,
   " sama saja bagi mereka,, kamu doakan atau tidak,,,"

   Di jawab oleh nabi,,,Selagi tidak ada pelarangan ,,,       aku akan selalu mendoakan,,,

   kalaulah benar hadist itu bermakna mutlak,,
   kenapa juga :

   ~ Pada tashahud shalat kita di suruh mendoakan Muhammad      dan keluarganya serta ibrahim dan keluarhanya,,,?
     Bukan kah mereka sudah meninggal,, dan mereka bukan        bapak kita,,,?

   ~ Kenapa kita di suruh shalatkan jenazah,,? bukankah         isinya doa buat si mayat,,,dan mayat itu adlah orang       yang sidah meninggal,,?

   ~ Kenapa juga dalam beberapa riwayat hadist nabi sering      mendoakan orang ketika lewat di kuburan,,,? bukan kah      mereka juga bukan bapaknya nabi,,,?
 
     
   

0 komentar:

Posting Komentar